Di atas dahan pohon yang rindang, si tua
bangau tong-tong memperhatikan air telaga di hadapannya. Ikan-ikan
besar, kecil tampak berenang-renang dengan elok-eloknya. Bangau
tong-tong hanya mampu menelan liurnya. Perutnya keroncongan minta diisi,
namun ia terlalu tua untuk memburu ikan-ikan di telaga yang jernih itu.
Tiba-tiba paruh si tua bangau mendongak ke langit. Ia baru saja
mendapat satu akal bulus. Suatu cara untuk mendapatkan ikan tanpa harus
mengejar-ngejar mereka.
"Hai kawan-kawan", Si Bangau berseru-seru, "Kemarau segera akan tiba." "
Heh, apa pedulimu," ujar si Cabus.
"Semua juga tahu kemarau pasti datang", sahut Si Ketam.
"Sudah, tak perlu hiraukan si tua pandir itu" si Tele berkata ketus.
"Tunggu kawan-kawan," seru bangau, "Kemarau kali ini akan berlangsung lama, telaga ini akan mengering".
"Apaaa?" seru semua hewan penghuni telaga kaget.
"Ya kawan-kawan telaga ini akan mengering".
Ketakutanlah semua hewan penghuni telaga itu. Ada yang menangis, ada
yang mengumpulkan anak istrinya dan ada juga yang mengumpulkan harta
bendanya. Mereka semua berenang-renang tak tentu arah.
"Tenang kawan-kawan tenang," ujar bangau, "Aku tahu sebuah telaga yang
luas di kaki bukit, telaga itu tak pernah kering walau kemarau sangat
panjang."
"Telaga-telaga kepalamu", "bentak Si Gurami, "Kau pikir kami akan terbang ke sana?"
"Itulah yang kumaksud sobatku", ucap bangau, "Kalau kau mau aku bisa membawamu terbang ke sana"
"Sungguhkah?" sambut ikan mas tertarik.
"Tentu saja" jawab si Bangau,"Apapun akan kulakukan demi membantu teman".
"Bawa kami paman, bawa kami", seru hewan-hewan penghuni telaga dengan riuhnya.
"Tenang-tenang, tak perlu berebut. Aku akan membawa kalian satu persatu."
Kemudian si bangau menghampiri kumpulan ikan-ikan. Dengan paruhnya ia
mengangkat seekor ikan mas yang sedang besarnya. Lalu terbanglah bangau
tong-tong itu dengan ikan mas di paruhnya.
Seharian itu berulang-ulang si bangau mengambil ikan-ikan dan berbagai
hewan air lainnya dari telaga itu. Menjelang senja semua ikan telah
terangkat habis. Tinggallah si ketam sendirian.
Si ketam menoleh kiri kanan. Sudah tak ada teman seekor pun. Pikir si
ketam tentu mereka sudah senang di telaga besar di kaki bukit seperti
janji si bangau.
Tak berapa lama si bangau kembali. Ia memandang berkeliling, tak ada
ikan lagi yang nampak. Bangau tersenyum puas, perutnya kenyang sekali.
Ia lalu hinggap di dahan pohon.
"Paman bangau, jangan lupakan aku", suara parau si ketam membangunkan si bangau.
"Hmm, kaukah itu ketam?"
"Ya paman, bawa juga aku ke telagamu itu, tolonglah paman di sini aku sendirian sekarang".
Si bangau menatap ketam. Tak banyak daging ketam itu tentunya. Lagi
pula bangau telah kenyang makan ikan-ikan penghuni telaga. Namun si
bangau memang tamak, pikirnya ketam itu cukup nikmat untuk hidangan
penutup.
"Baiklah sobat kecil," ujar si Bangau, "Mari kubawa kau ke telagaku".
Dengan paruhnya Bangau tong-tong itu mengangkat si ketam. Lalu bangau
itu terbang. Gemetar ketakutan ketam itu dalam jepitan paruh bangau yang
tajam. Sekuat tenaga ia berpegangan.
Mendekati bukit yang dituju, alangkah terkejutnya ketam. Ia tak melihat
telaga atau genangan air barang setitikpun. Yang dilihat ketam sungguh
mengerikan. Gundukan tulang-belulang ikan yang menggunung.
Sadarlah ketam, ia dan teman-temannya telah tertipu. Si Bangau
tong-tong telah membawa ikan-ikan dari telaga untuk dimakannya. Kian
kecutlah hati si ketam.
Dalam ketakutannya, timbul kemarahan di hati si ketam. Dengan kuat ia
menjepit leher si bangau. Terperanjat bangau kesaktian. Ia berusaha
meronta. Namun kedua jepit si ketam kian kuat menjepit lehernya. si
bangau tong-tong mencoba berteriak, namun tak mampu.
Akhirnya leher si bangau tong-tong putus dijepit si ketam. Bangau itu
pun jatuh dan mati. Sedang si ketam yang tubuhnya bercangkang keras
hanya memar saja saat ia terbanting di rerumputan.
Dengan sedih si ketam masuk ke sebuah kubangan kecil. Ia telah
kehilangan semua temannya. Kini ia harus hidup seidirian di tempat yang
baru.
Referensi : Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, Cerita Rakyat Betawi, 2004
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta

Tidak ada komentar:
Posting Komentar